Posted in Uncategorized on Januari 3, 2011 by anzhar89

Di antara bencana besar yang menimpa kaum Muslimin sejak periode-periode pertama adalah tersebar luasnya hadits-hadits Dla’if (lemah) dan Mawdlu’ (palsu) di tengah mereka. Tidak ada seorang pun yang dikecualikan di sini sekalipun mereka adalah kalangan para ulama mereka kecuali beberapa gelintir orang yang dikehendaki Allah, di antaranya para imam hadits dan Nuqqaad (Para Kritikus hadits) seperti Imam al-Bukhary, Ahmad, Ibn Ma’in, Abu Hatim ar-Razy dan ulama lainnya.

Penyebaran yang secara meluas tersebut mengakibatkan banyak dampak negatif, di antaranya ada yang terkait dengan masalah-masalah aqidah yang bersifat ghaib dan di antaranya pula ada yang berupa perkara-perkara Tasyri’ (Syari’at).

Adalah hikmah Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui, bahwa Dia tidak membiarkan hadits-hadits yang dibuat-buat oleh orang-orang yang benci terhadap agama ini untuk tujuan-tujuan tertentu menjalar ke tubuh kaum Muslimin tanpa mengutus orang yang akan menyingkap kedok yang menutupi hakikatnya dan menjelaskan kepada manusia permasalahannya. Mereka itulah para ulama Ahli hadits dan pembawa panji-panji sunnah Nabawiyyah yang didoakan Rasullah dalam sabdanya, “Semoga Allah mencerahkan (menganugerahi nikmat) seseorang yang mendengarkan perkataanku lalu menangkap (mencernanya), menghafal dan menyampaikannya. Betapa banyak orang yang membawa ilmu tetapi tidak lebih faqih (untuk dapat menghafal dan menyampaikannya) dari orang yang dia sampaikan kepadanya/pendengarya (karena ia mampu menggali dalil sehingga lebih faqih darinya).” (HR.Abu Daud dan at-Turmudzy yang menilainya shahih).

Para imam tersebut –semoga Allah mengganjar kebaikan kepada mereka dari kaum Muslimin- telah menjelaskan kondisi kebanyakan hadits-hadits tersebut dari sisi keshahihan, kelemahan atau pun kepalsuannya dan telah membuat dasar-dasar yang kokoh dan kaidah-kaidah yang mantap di mana siapa saja yang menekuni dan mempelajarinya secara mendalam untuk mengetahuinya, maka dia akan dapat mengetahui kualitas dari hadits apa pun meski mereka (para imam tersebut) belum memberikan penilaian atasnya secara tertulis. Itulah yang disebut dengan ilmu Ushul Hadits atau yang lebih dikenal dengan Llmu Mushthalah Hadits.

Para ulama generasi terakhir (al-Muta`akkhirin) telah mengarang beberapa buku yang khusus untuk mencari hadits-hadits dan menjelaskan kondisinya, di antaranya yang paling masyhur dan luas bahasannya adalah kitab al-Maqaashid al-Hasanah Fii Bayaan Katsiir Min al-Ahaadiits al-Musytahirah ‘Ala al-Alsinah karya al-Hafizh as-Sakhawy. Demikian juga buku semisalnya seperti buku-buku Takhriijaat (untuk mengeluarkan jaluar hadits dan kualitasnya) yang menjelaskan kondisi hadits-hadits yang terdapat di dalam buku-buku pengarang yang buku berasal dari Ahli Hadits (Ulama hadits) dan buku-buku yang berisi hadits-hadits yang tidak ada asalnya seperti buku Nashb ar-Raayah Li Ahaadiits al-Bidaayah karya al-Hafizh az-Zaila’iy, al-Mugny ‘An Haml al-Asfaar Fii al-Asfaar Fii Takhriij Maa Fii Ihyaa` Min al-Akhbaar karya al-Hafizh al-‘Iraqy, at-Talkhiish al-Habiir Fii Takhriij Ahaadiits ar-Raafi’iy al-Kabiir karya al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalany, Takhriij Ahaadiits al-Kasysyaaf karya Ibn Hajar juga dan Takhriij Ahaadiits asy-Syifaa` karya Imam as-Suyuthy, semua buku tersebut sudah dicetak dan diterbitkan.

Sekalipun para imam tersebut –semoga Allah mengganjar kebaikan kepada mereka- telah melanggengkan jalan kepada generasi setelah mereka, baik buat kalangan para ulama maupun para penuntut ilmu hingga mereka mengetahui kualitas setiap hadits melalui buku-buku tersebut dan semisalnya, akan tetapi –sangat disayangkan sekali- kami melihat mereka malah telah berpaling dari membaca buku-buku tersebut. Maka karenanya, mereka pun buta terhadap kondisi hadits-hadits yang telah mereka hafal dari para guru mereka atau yang mereka baca pada sebagian buku yang tidak interes terhadap hadits yang shahih dan valid. Karena itu pula, kita hampir tidak pernah mendengarkan suatu wejangan dari sebagian Mursyid (penyuluh), ceramah dari salah seorang ustadz atau khuthbah seorang khathib melainkan kita dapati di dalamnya sesuatu dari hadits-hadits Dla’if dan Mawdlu’ tersebut, dan ini amat berbahaya di mana karenanya dikhawatirkan mereka semua akan terkena ancaman sabda beliau SAW., yang berbunyi, “Barangsiapa yang telah berdusta terhadapku secara sengaja, maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di api neraka.” (Hadits Shahih Mutawatir)

Walau pun secara langsung mereka tidak menyengaja berdusta, namun sebagai imbasnya mereka tetap berdosa karena telah menukil (meriwayatkan) hadits-hadits yang semuanya mereka periksa padahal mengetahi secara pasti bahwa di dalamnya terdapat hadits yang Dla’if atau pun hadits dusta. Mengenai hal ini, terdapat isyarat dari makna hadits Rasulullah yang berbunyi, “Cukuplah seseorang itu berdusta manakala ia menceritakan semua apa yang didengarnya (tanpa disaring lagi-red.,).” (HR.Muslim) dan hadits lainnya dari riwayat Abu Hurairah.

Kemudian dari itu, telah diriwayatkan bahwa Imam Malik pernah berkata, “Ketahuilah bahwa tidaklah selamat seorang yang menceritakan semua apa yang didengarnya dan selamanya, ia bukan imam bilamana menceritakan semua apa yang didengarnya.”

Imam Ibn Hibban berkata di dalam kitab Shahihnya, “Pasal: Mengenai dipastikannya masuk neraka, orang yang menisbatkan sesuatu kepada al-Mushthafa, Rasulullah SAW., padahal ia tidak mengetahui keshahihannya,” setelah itu, beliau mengetengahkan hadits Abu Hurairah dengan sanadnya secara marfu’, “Barangsiapa yang berkata dengan mengatasnamakanku padahal aku tidak pernah mengatakannya, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” Kualitas sanad hadits ini Hasan dan makna asalnya terdapat di dalam kitab ash-Shahiihain dan kitab lainnya.

Selanjutnya, Ibn Hibban berkata, “Pembahasan mengenai hadits yang menunjukkan keshahihan hadits-hadits yang kami isyaratkan pada bab terdahulu,” kemudian beliau mengetengahkan hadits dari Samurah bin Jundub dengan sanadnya, dia berkata, Rasulullah SAW., bersabda, “Barangsiapa yang membicarakan suatu pembicaraan mengenaiku (membacakan satu hadits mengenaiku) di mana ia terlihat berdusta, maka ia adalah salah seorang dari para pendusta.” (Kualitas hadits ini Shahih, dikeluarkan oleh Imam Muslim di dalam mukaddimahnya dari hadits Samurah dan al-Mughirah bin Syu’bah secara bersama-sama). Ibn Hibban berkata, “Ini adalah hadits yang masyhur.” Kemudian dia melanjutkan, “Pembahasan mengenai hadits kedua yang menunjukkan keshahihan pendapat kami,” lalu dia mengetengahkan hadits Abu Hurairah yang pertama di atas.

Dari apa yang telah kami sampaikan di atas, jelaslah bagi kita bahwa tidak boleh menyebarkan hadits-hadits dan meriwayatkannya tanpa terlebih dahulu melakukan Tatsabbut (cek-ricek) mengenai keshahihannya sebab orang yang melakukan hal itu, maka cukuplah itu sebagai kedustaan terhadap Rasulullah yang bersabda, “Sesungguhnya berdusta terhadapku bukanlah berdusta terhadap salah seorang diantara kamu; barangsiapa yang berdusta terhadapku secara sengaja, maka hendaklah dia mempersiapkan tempat duduknya di api neraka.” (HR.Muslim dan selainnya), wallahu a’lam.

(SUMBER: Mukaddimah Syaikh al-Albany di dalam bukunya Silsilah al-Ahaadiits adl-Dla’iifah Wa al-Mawdluu’ah Wa Atsaruha as-Sayyi` Fi al-Ummah, jld.I, h.47-51 dengan sedikit perubahan dan pengurangan)

——————————————————————————–

Sumber: http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihathadits&id=81

KETELADANAN SA’ID

Posted in kisah keteladanan Rasulullah dan Sahabat r.a on Januari 24, 2010 by anzhar89

Umar bin Khaththab ra, mengangkat Sa’id bin Amir bin Judzaim al-Jumahi ra sebagai pemimpin untuk wilayah Syam, Syiria. Sa’id pun berangkat bersama dengan budak wanita Quraisy yang berwajah elok. Pada awalnya lancar-lancar saja, sampai Sa’id tertimpa kesulitan hidup yang amat sangat.

Saat Umar ra mendengar berita tersebut, beliau mengirimkan kepada Sa’id uang sebesar seribu dinar. Dituturkan: Sa’id mendatangi istrinya dan berkata: “Umar telah mengirimkan kepada kita sejumlah uang, seperti yang engkau lihat sendiri.”

Melihat sejumlah uang tersebut, istrinya berkata: “Lebih baik engkau belanjakan untuk kami bahan makanan dan engkau simpan”. Sa’id berkata pada istrinya, “Maukah aku tunjukkan yang lebih baik dari hal itu? Kita akan berikan uang ini kepada seseorang yang akan memutar uang ini. Kita akan makan dari hasil keuntungannya dan akan mendapatkan jaminan dari hal itu.”

Mendengar usul yang sangat menarik ini, si istri langsung menimpali, “Kalau begitu baiklah”. Uang itu oleh Sa’id dibelikan kulit, bahan makanan, dua ekor unta dan dua orang budak. Semua itu lalu diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Pada mulanya semua berlangsung lancar, sampai pada suatu hari istrinya berkata: “Bahan makanan sudah habis, lebih baik engkau datangi orang yang memutar uang kita, dan ambil keuntungannya untuk engkau belanjakan bahan makanan untuk kami.”

Mendengar keluhan istrinya ini Sa’id hanya terdiam. Istrinya kembali mengulang ucapannya tadi, namun Sa’id tidak bereaksi, apapun dan kemudian keluar dari rumah. Ia kembali ke rumah di waktu malam. Salah seorang anggota keluarga Sa’id berkata kepada istri Sa’id: “Apa yang telah engkau lakukan? Sesungguhnya engkau telah dicukupi kebutuhannya, lagi pula harta yang diberikan Umar itu sudah di sedekahkan.” Mendengar penuturan ini istri Sa’id menangis.

Pada suatu hari Sa’id kembali ke rumah menjumpai istrinya dan berkata: “Tenanglah, sesungguhnya harta yang telah diberi Umar adalah untukku, dan aku telah bagi-bagikan tidak lama setelah itu, karena aku lebih menyukai mereka (fakir, miskin dan orang-orang yang membutuhkan) dari pada diriku. Aku sudah mendapatkan dunia dan seisinya. Seandainya salah satu kebaikan (maksudnya seorang bidadari) dari berbagai kebaikan yang ada itu turun dari langit ke dunia, maka sinarnya akan meliputi seluruh penduduk bumi dan akan mengalahkan sinar matahari dan rembulan, selendangnya jauh lebih baik dari pada dunia dan seisinya. Akan tetapi engkau, bagiku jauh lebih utama dari pada mereka (maksudnya bidadari-bidadari tersebut). Mendengar ucapan Sa’id di atas, akhirnya sang istri setuju dan rela dengan apa yang dilakukan Sa’id.

Keteladanan Sa’id bukan hanya dalam kisah di atas saja, Abdurrahman bin Sabith al-Jumahi menuturkan, “Apabila Sa’id mendapatkan bagian harta dari Baitul Mal, maka ia belanjakan bahan makanan untuk keluarganya, dan sisanya disedekahkan. Sampai-sampai istrinya bertanya, kemana uang lebihnya yang telah diberikan kepadamu?” Sa’id menjawab, “Telah aku pinjamkan.”

Orang-orang pernah mendatangi Sa’id dan menegurnya, “Sesungguhnya keluargamu itu mempunyai hak, begitu pula kerabatmu, mereka semua mempunyai hak”. Atas teguran ini Sa’id menjawab, “Aku tidak pernah menuntut dan mencari kerelaan seseorang di dunia, melainkan untuk mendapatkan bidadari yang tidak pernah tersentuh mata manusia, yang jika ia turun ke bumi, maka sinarnya akan membakar bumi dan matahari. Namun aku juga tidak mau meninggalkan kewajiban terhadap keluargaku….”

KESABARAN RASULULLAH

Posted in kisah keteladanan Rasulullah dan Sahabat r.a on Januari 24, 2010 by anzhar89

Merampas dan mengambil hak orang lain dengan paksa merupakan ciri orang-orang zhalim dan jahat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memancangkan pondasi-pondasi keadilan dan pembelaan bagi hak setiap orang agar mendapatkan dan mengambil haknya yang dirampas. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjalankan kaidah tersebut demi kebaikan dan semata-mata untuk jalan kebaikan dengan bimbingan karunia yang telah Allah curahkan berupa perintah dan larangan. Kita tidak perlu takut adanya kezhaliman, perampasan, pengambilan dan pelanggaran hak di rumah beliau.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah dilanggar orang, maka beliau akan membalasnya semata-mata karena Allah.” (HR. Ahmad).

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan: “Suatu kali aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mengenakan kain najran yang tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui, tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab badui itu berkata: “Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu miliki dari harta Allah!” Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum lalu mengabulkan permintaannya.” (Muttafaq ‘alaih).

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baru kembali dari peperangan Hunain, beberapa orang Arab badui mengikuti beliau, mereka meminta bagian kepada beliau. Mereka terus meminta sampai-sampai beliau terdesak ke sebuah pohon, sehingga jatuhlah selendang beliau, ketika itu beliau berada di atas tunggangan. Beliau lantas berkata: “Kembalikanlah selendang itu kepadaku, Apakah kamu khawatir aku akan berlaku bakhil Demi Allah, seadainya aku memiliki unta-unta yang merah sebanyak pohon ‘Udhah ini, niscaya akan aku bagikan kepadamu, kemudian kalian pasti tidak akan mendapatiku sebagai seorang yang bakhil, penakut lagi pendusta.” (HR. Al-Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah dan telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani).

Merupakan bentuk tarbiyah dan ta’lim yang paling jitu dan indah adalah berlaku lemah lembut dalam segala perkara, dalam mengenal maslahat dan menolak mafsadat.

Kecemburuan yang dimiliki para sahabat telah mendorong mereka untuk menyanggah setiap melihat orang yang keliru dan tergelincir dalam kesalahan. Mereka memang berhak melakukan hal itu! Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang lembut dan penyantun melarang mereka melakukan seperti itu, karena orang itu (pelaku kesalahan itu) jahil atau karena mudharat yang timbul dibalik itu lebih besar. Tentu saja, perilaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih utama untuk diteladani.

Abu Hurairah menceritakan: “Suatu ketika, seorang Arab Badui buang air kecil di dalam masjid (tepatnya di sudut masjid). Orang-orang lantas berdiri untuk memukulinya. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan: “Biarkanlah dia, siramlah air kencingnya dengan seember atau segayung air. Sesungguhya kamu ditampilkan ke tengah-tengah umat manusia untuk memberi kemudahan bukan untuk membuat kesukaran.” (HR. Al-Bukhari).

Kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyebarkan dakwah layak menjadi motivasi bagi kita untuk meneladaninya. Kita wajib berjalan di atas manhaj (metode) beliau di dalam berdakwah semata-mata karena Allah tanpa membela kepentingan pribadi.

‘Aisyahradhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Apakah ada hari yang engkau rasakan lebih berat daripada hari peperangan Uhud?” Beliau menjawab: “Aku telah mengalami berbagai peristiwa dari kaummu, yang paling berat kurasakan adalah pada hari ‘Aqabah, ketika aku menawarkan dakwah ini kepada Abdu Yalail bin Abdi Kalaal namun dia tidak merespon keinginanku. Akupun kembali dengan wajah kecewa. Aku terus berjalan dan baru tersadar ketika telah sampai di Qornuts Tsa’alib (sebuah gunung di kota Makkah). Aku tengadahkan wajahku, kulihat segumpal awan tengah memayungiku. Aku perhatikan dengan saksama, ternyata Malaikat Jibril ada di sana. Lalu ia menyeruku: “Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaum-mu dan bantahan mereka terhadapmu. Dan aku telah mengutus malaikat pengawal gunung kepadamu supaya kamu perintahkan ia sesuai kehendakmu. Kemudian malaikat pengawal gunung itu memberi salam kepadaku lalu berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu dan bantahan mereka terhadapmu, dan aku adalah malaikat pengawal gunung, Allah telah mengutusku kepadamu untuk melaksanakan apa yang kamu perintahkan kepadaku. Sekarang, apakah yang kamu kehendaki jika kamu menghendaki agar aku menimpakan kedua gunung ini atas mereka, niscaya aku lakukan!” Beliau menjawab: “Tidak, justru aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya.” (Muttafaq ‘alaih).

Pada hari ini, sering kita lihat sebagian orang yang bersikap terburu-buru dalam berdakwah. Berharap dapat segera memetik hasil. Hanya membela kepentingan pribadi yang justru hal itu merusak dakwah dan mengotori keikhlasan. Oleh sebab itu, berapa banyak kelompok-kelompok dakwah yang gagal karena individu-individunya tidak memiliki kesabaran dan ketabahan!

Setelah bersabar dan berjuang selama bertahun-tahun, barulah terwujud apa yang dicita-citakan Rasulullah.

Dalam sebuah syair disebutkan:

Bagaimanakah mungkin dapat diimbangi seorang insan terbaik yang hadir di muka bumi.
Semua orang yang terpandang tidak akan mampu mencapai ketinggian derajat-nya.
Semua orang yang mulia tunduk di hadapannya.
Para penguasa Timur dan Barat rendah di sisi-nya.

Abdullah bin Mas’ud mengungkapkan: “Sampai sekarang masih terlintas dalam ingatanku saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisahkan seorang Nabi yang dipukul kaumnya hingga berdarah. Nabi tersebut mengusap darah pada wajahnya seraya berdoa: “Ya Allah, ampunilah kaumku! karena mereka kaum yang jahil.” (Muttafaq ‘alaih).

Pada suatu hari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tengah melayat satu jenazah, datanglah seorang Yahudi bernama Zaid bin Su’nah menemui beliau untuk menuntut utangnya. Yahudi itu menarik ujung gamis dan selendang beliau sambil memandang dengan wajah yang bengis. Dia berkata: “Ya Muhammad, lunaskanlah utangmu padaku!” dengan nada yang kasar. Melihat hal itu Umar pun marah, ia menoleh ke arah Zaid si Yahudi sambil mendelikkan matanya seraya berkata: “Hai musuh Allah, apakah engkau berani berkata dan berbuat tidak senonoh terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapanku! Demi Dzat Yang telah mengutusnya dengan membawa Al-Haq, seandainya bukan karena menghindari teguran beliau, niscaya sudah kutebas engkau dengan pedangku!”

Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperhatikan reaksi Umar dengan tenang. Beliau berkata: “Wahai Umar, saya dan dia lebih membutuhkan perkara yang lain (nasihat). Yaitu engkau anjurkan kepadaku untuk menunaikan utangnya dengan baik, dan engkau perintahkan dia untuk menuntut utangnya dengan cara yang baik pula. Wahai umar bawalah dia dan tunaikanlah haknya serta tambahlah dengan dua puluh sha’ kurma.”

Melihat Umar menambah dua puluh sha’ kurma, Zaid si Yahudi itu bertanya: “Ya Umar, tambahan apakah ini?
Umar menjawab: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkanku untuk menambahkannya sebagai ganti kemarahanmu!”
Si Yahudi itu berkata: “Ya Umar, apakah engkau mengenalku?”
“Tidak, lalu siapakah Anda?” Umar balas bertanya.
“Aku adalah Zaid bin Su’nah.” jawabnya.
“Apakah Zaid si pendeta itu?” tanya Umar lagi.
“Benar!” sahutnya.
Umar lantas berkata: “Apakah yang mendorongmu berbicara dan bertindak seperti itu terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Zaid menjawab: “Ya Umar, tidak satupun tanda-tanda kenabian kecuali aku pasti mengenalinya melalui wajah beliau setiap kali aku memandangnya. Tinggal dua tanda yang belum aku buktikan, yaitu: apakah kesabarannya dapat memupus tindakan jahil, dan apakah tindakan jahil yang ditujukan kepadanya justru semakin menambah kemurahan hatinya. Dan sekarang aku telah membuktikannya. Aku bersaksi kepadamu wahai Umar, bahwa aku rela Allah sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai nabiku. Dan Aku bersaksi kepadamu bahwa aku telah menyedekahkan sebagian hartaku untuk umat Muhammad.”
Umar berkata: “Ataukah untuk sebagian umat Muhammad saja sebab hartamu tidak akan cukup untuk dibagikan kepada seluruh umat Muhammad.”
Zaid berkata: “Ya, untuk sebagian umat Muhammad.
Zaid kemudian kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyatakan kalimat syahadat “Asyhadu al Laa Ilaaha Illallaahu, wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuuluhu”. Ia beriman dan membenarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Al-Hakim dalam kitab Mustadrak dan menshahihkannya).

Cobalah perhatikan dialog yang panjang tersebut, sebuah pendirian dan kesudahan yang mengesankan. Semoga kita dapat meneladani junjungan kita nabi besar Muhammad. Meneladani kesabaran beliau dalam menghadapi beraneka ragam manusia. Dan dalam mendakwahi mereka dengan lemah lembut dan santun. Memberikan motivasi bila mereka berlaku baik, serta menumbuhkan rasa optimisme di dalam diri mereka.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan: “Suatu kali aku pergi melaksanakan umrah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari kota Madinah. Ketika tiba di kota Makkah, aku berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, engkau mengqasar shalat namun aku menyempurnakannya, engkau tidak berpuasa justru aku yang berpuasa.” Beliau menjawab: “Bagus, wahai ‘Aisyah!” Beliau sama sekali tidak mencela diriku.” (HR. An-Nasaai).

kisah ini disadur dari alsofwah.or.id

KETELADANAN RASULULLAH TENTANG PERSAHABATAN

Posted in kisah keteladanan Rasulullah dan Sahabat r.a on Januari 24, 2010 by anzhar89

‘Aisyahradhiyallahu ‘anha menuturkan: “Setiap kali disampaikan kepada beliau sesuatu yang kurang berkenan dari seeorang, beliau tidak mengatakan: “Apa maunya si ‘Fulan’ berkata demikian!” Namun beliau mengatakan: “Apa maunya ‘mereka’ berkata demikian!” (HR. At-Tirmidzi).

Anas bin Malik menceritakan: “Pernah suatu kali seorang lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan bekas celupan berwarna kuning pada pakaiannya (bekas za’faran). Biasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat jarang menegur sesuatu yang dibencinya pada seseorang di hadapannya langsung. Setelah lelaki itu pergi, beliau pun berkata: “Alangkah bagusnya bila kalian perintahkan lelaki itu untuk menghilangkan bekas za’faran itu dari bajunya.” (HR. Abu Daud & Ahmad).

Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Inginkah aku kabarkan kepadamu oang yang diselamatkan dari api Neraka, atau dijauhkan api Neraka darinya? Yaitu setiap orang yang ramah, lemah lembut dan murah hati.” (HR. At-Tirmidzi)

faedah

Hikmah yang dapat kita ambil adalah bagaimana kita saling berkasih sayang denagn saudara-saudara kita sesema muslim, menjalin persahabatan yang harmonis guna memnciptakan kekokohan umat dan keharmonisan umat islam kedepannya.

JANGAN PERNAH BERSEDIH

Posted in puisi on Januari 7, 2010 by anzhar89

Ketika  kita merasa kita orang yang paling menderita di dunia……

Maka berfikirlah positif…….

Kita merasa sanat sedih karena kehilangan nikmat kecil…..

Tapi pernahkah kita sedikit berfikir dan melihat orang-orang yang terus berjuang walaupun dengan keterbatasan……

Seseorang yang tak bisa jalan karena tak punya kaki, tapi terus berusaha………

Seseorang yang tak punya tangan tapi terus berusaha……………..

Sesorang yang bahkan tak punya tangan dan kaki masih mau berusaha dan tak kenal mengeluh……..

Lalu apa yang membuat kita yang punya semua itu tapi masih terus mengeluh…….

Mengapa kita hars terus bersedih dan hanya mengharap oring lain datang menolong……..

Saatnya kita bengkit dan mulai bangun dari keputus asaan……..

Bangkit dari semua keterpurukan yang membelit…….

Ingat…. Allah tidak akan membebankan sesuatu yang di luar batas kemampuan hambaNya……….

Jangan bersedih, Allah terus sanyang pada kita……

Allah akan terus menjaga kita……..

Allah akan terus mambimbing kita ke arah yang lebih baik…………

Janganlah bersedih……………..

KISAH PERJUANGAN BILAL R.A

Posted in kisah keteladanan Rasulullah dan Sahabat r.a on Januari 6, 2010 by anzhar89

Bilal Al-habsyi adalah sahabat yang masyhur. Ia adalah muadzin tetap masjid Nabawi. Pada mulanya, ia adalah budak milik seorang kafir. Kemudian ia memeluk Islam yang menyebabkan ia banyak menerima berbagai siksaan. Umayyah bi Khalaf adalah orang kafir yang paling keras memusuhi Islam. Ia telah membaringkan Bilal di atas padang pasir yang sangat panas di terik matahari, sambil meletakkan batu besar di dadanya, sehingga Bilal sulit bergerak sedikitpun. Lalu di katakan kepadanya, ”Apakah kamu bersedia mati seperti ini atau tetap hodup dengan syarat kamu tinggalkan Islam?” Namun, ia tetap mengucapkan  “Ahad….Ahad…..”, bahwa yang harus di sembah adalah Allah SWT. Pada malam hari ia di rantai dan dicambuk terus-menerus sehingga badannya penuh luka. Dan siang harinya dengan luka tersebut ia dijemur kembali di tengah oadang pasir yagn panas. Sehingga lukanya semakin parah. Tuannya berharap ia akan meniggalkan Islam atau mati perlahan-lahan dengan cara itu. Orang-orang yang menyiksa Bilal silih berganti, kadang-kadang Abu Jahal atau Umayya bin Khalaf, bahkan orang lain pun ikut menyiksanya. Mereka berusa menyiksanya lebih berat lagi. Ketika Abu Bakar ra melihat hal itu, beliau menebusnya dan langsung memerdekakannya.

Faedah

Begitu besarnya cinta Bilal ra pada Allah SWT yang rela disiksa demi mempertahankan ke-Islamannya. Ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa Islam adalah agama yang hak dan agama yang membawa rahmat bagi kita sesungguh telah di katakan dalam Al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu kecuali dalam keadaan Islam.” Sehinnga dari itu janganlah kita sekali-kali murtad dari Islam.

AKHIRNYA KU MENGERTI

Posted in nostalgia on Januari 6, 2010 by anzhar89

Tahun baruan gak bisa tidur, mending buat artikel yang mau diposting  ah………..

Ini kejadian kecil yang aneh yang kemudian akhirnya membuatku mengerti tentang makna tahun baru yang menurutku, baru ku pahami. Saat menjelang  tahun baru, semua warga di dunia dengan suka cita mempersiapkan perayaan tahun baru yang nantinya akan menjadi perayaan yang begitu gegap gempita yang membuat semua orang larut dalam perasaan sena g menmabut tahun baru. Setiap keluarga berkumpul, teman, kerabat, demi manyambut hari di mana tahun baru yang hanya dirayakan satu tahun sekali ini dirayakan.

Bunyi terompet mulai terdengar di seantero jalan, anak-anak kecil di pinggir jalan pun tak mau ketinngalan. Tapi, saat mengamati situasi itu, tiba-tiba suaara anak lusuh dari seorang anak kecil dengan wajah yang sangat lesu, datang menengedahkan tangannya di hadapanku. Berusa meminta belas kasihan demi untuk bisa makan hari ini, aneh tapi membuaatku sadar bahwa ditengah suka cita tahun baru, mash ada segelintir orang yang tidak bisa menikamati.

Satu kejadian juga yang saya alami 2 minggu menjelang tahun baru, saat saya hendak ke kampus dengan menggunakan angkot, kebetulan saat itu sedang hujan, tiba-tiba seorang pemuda yang berfrofesi seabagai seorang tukang parkir yang kehujanan bereriak, “ Inilah nasib jika tak punya uang.” Itu sebuah guyonan kecil, tapi sangat menusuk…… bahwa, tahun baru tidak di nikmati semua orang, banyak saudara kita di luar sana yang masih hidup dalam keterpurukan.

Ini yang kemudian membuatku sadar bahwa tahun baru bukan hanya sekedar perayaan, bukan hanya sekedar ceremonial belaka, tapi tahun baru yang kemudian kita memulai hal yang baru untuk merubah semua keterpurukan, buat apa sebuah pesta yang besar jika hanya kita yang bisa merasakan, sementara banyak saudara kita di luar sana masih susah, anak kecil yang menagis karena kelaparan, seorang ibu menangis kare kedinginan, dan seorang ayah menangis karena tak  bisa memberi makan anak dan istrinya.

Ini tahun baru yang menurut sebagian orang menjadi awal dari perubahan yang lebih baik dari tahun-tahun yang lalu. Perlu kita merenung sedikit tentang perlunya kita saling membantu. Tidak tersayatkah hati kita melihat sebagian saudara kita seperti itu. Hidup itu untuk saling membantu. Dalam sebuah ayat dalam Al-Qur’an dikatakan, “ bertolong-menolonglah kamu dalam kebaikan.” Ini, menjadi dasar bagi kita umat Muslim untuk bisa saling tolong-menolong, membantu saudara kita yang sedang dalam kesusahan, agar nantinya di setiap tahun baru mereka bisa turut senang dalam merayakan tahun baru, dan di setiap tahun baru tidak ada lagi yang menangis karena kelaparan…………. Indahnya hidup jika kta bisa saling berbagi.

BERBAGI

Posted in puisi on Januari 6, 2010 by anzhar89

Tidakkah hati kita tersayat ketika seorang anak menagis kelaparan, seorang ibu menangis karena kedinginan dan seorang ayah sedih karena tidak bisa memberi makan anak dan istrinya………

Sementara sebagian orang di atas sana duduk di atas kursi empuknya, tanpa sedikitpun mau menoleh ke bawah………

Apa gunanya uang , jika kita tak mampu berbagi, apa gunanya jabatan jika kita selalu khianat, dan apa gunanya bahagia jika sebagian orang di luar sana bersedih……….

Di mana hati nurani kita melihat saudara kita bersedih, sementara kita di beri kemampuan untuk bisa menolong……..

HIDUP ITU UNTUK BERBAGI BRO…………………..

DOAKU

Posted in puisi on Januari 6, 2010 by anzhar89

Engkau adalah bagian yang tak bisa lepas dari hidupku…..

Setiap nafas yang keluar adalah karena izin dariMu….

Kau penuh cinta, kasih sayang, penuh rahmat untuk seluruh kehiupan di dunia ini….

Dan sungguh ironis, dari semua rahmat kau berikan… aku masih tetap saja terus berjalan jauh dariMu…..

Terus berjalan sehingga membuatku lupa, membuatku menjadi angkuh dan jauh dariMu…..

Satu hal yang kemudian membuatku sadar, bahwa mata ini tak akan mampu tidur nyenyak, fikiran ini tak bisa berfikir jernih, dan hati ini tak bisa tenang jika berada jauh dariMu……

Maka aku ingin kembali dekat padaMu yang selama ini mulai aku lupakan……

Aku ingin rahmat dan kasih sayangMu, yang mampu membuat hati ini menjadi tenang…..

Ya Allah, aku ingin ingin belaian lembut dari tanganMu,hangatnya cinta kasihMu yang selama ini aku jauhi……..

Ya Allah, aku inginkan hidayah itu datang padaku lagi untuk kembali dekat denganMu………

ARTI TEMAN

Posted in nostalgia on Januari 6, 2010 by anzhar89

Lagi pusing mikirin mau posting apa, mending curhat tentang temanku semasa sma. Teman semasa SMA merupakan teman yang paling tidak bisa aku lupakan. Setiap kenangang terbaik sebagiannya bersama mereka. Mungkin agak berlebihan, tapi inilah kenyataan. Merekanlah yang membuatku mengerti tentang arti pertemanan, memberikan makna bahwa setiap orang memang membutuhkan orang lain. Mengubah pola pikirku untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang di dunia, mengubahku menjadi orang harusnya berjiwa sosialis, saling mnolong bukan hanya ketika kita butuh.

Merekalah teman yang tak pernah bisa hilang dari dalam fikiranku. Mengajariku apa itu teman sebenarnya, teman yang selalu datang memberikan tangannya ketika temannya terjatuh. Datang ketika kita butuh, bukan karena dia yang membutuhkan kita. Pengalaman ini yang kemudian mengubah pribadiku sekarang ini sehingga lebih membuka diri untuk bisa menerima orang dalam jalinan pertemanan.

Setelah tamat dari SMA dan sekarang sedang memasuki dunia kampus, memang mebuatku mendapatkan teman baru yang juga sangat baik, tapi kenangan bersama teaman pun menempati suatu ruang  lain dalam hatiku, yang memiliki tempat tersendiri. Ini seaka jauh dari fikiranku dulu, bahwa masa SMA adlah masa yang yang menjemukan , tapi saat berrpisah dengan teman-temanku, mengapa masa-masa itulah yang selalu aku rindukan. Mereka mampu membuat masa yang ku anggap  menjemukan menjadi masa yang tidak bisa ku lupakan.

Mungkin itu arti teman, seseorang yang bisa mengjak kita kearah yang lebih baik, dan bukan sebaliknya. Membumbing kita untuk selalu bisa lebih dekat dengan Allah SWT. Megajarkan kita untuk bisa menjadi sosialis dan saling berbagi. Memerikan tanpa mengharap akan diberi. Dan saya pun teringan oleh sebuah hadist yang mengatakan bahwa seorang teman yang baik ibaratkan penjual minyak kasturi, walaupun bukan kita bukan penjualnya, tapi kita akan terkena imbas keharumannya. Tapi berteaman dengan seorang teman yang buruk, ibarat kita berteman dengan seorang pandai besi, walaupun kita bukan seorang panddai besi, tapi kita akan terkena asapnya.

Saya sangat bersyukur pernah memiliki teman yang seperti itu, yang memberikan saya banyak pelajaran. Dan sebagai akhir saya terkesan dengan sebuah kata bijak dari Laa tahzan yang bunyinya. “ Sahabat, bila usiamu sampai 100 tahun, maka aku ingin hiddup 100 tahun kurang satu hari, agar  aku tidak akan pernah merasa hidup tanpamu disisiku.”